"Ujung Beleti Menembus Kehancuran
Ujung Pena Menembus Kesuksesan"

Rabu, 11 November 2009

Kepemimpinan


Banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan.hal ini di karnakan banyak sekali orang yang mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan.Tetapi dari beberapa pengertian yang ada mempunyai unsur yang sama

Beberapa Pengertian kepemimpinan
a) Suatau proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berhubungan dengan tugas angguta kelompok atau suatau proses dalam mempengaruhi aktyivitas individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalan organisasi.
b) Suatau proses dalam mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam dalam situasi tertentu.
c) Suatu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berhubungan dengan tugas anggota kelompok.

Dari beberapa pengertian diatas terdapat tiga implikasi penting tentang kepemimpinan,antara lain :
Pertama : Bahwa kepemimpinan melibatkan orang lain atau pihak lain, seseorang dikatakan pemimpin karna dia mempunyai para karyawan atau bawahan.karna tanpa karyawan dan bawahan Kepemimpinan tidak bakalan ada.
Kedua: Adanya ditribusi kekuasaan yang tidak seimbang antara pimpinan dan anak buah
Ketiga : Seorang pemimpin tidak cukup hanya mengarahkan tetapi juga harus bisa mempengaruhi, seorang pemimpin yang bikjak tidak pernah menciptakan manajemen ketakutan,karna bawahan bila kerja dalam ketakutan maka kerjanya tidak akan benar.

Teori Teori Kepemimpinan
Teori Sifat: Terfokos pasa sifat – sifat atau tanda-tanda yang melekat pada diri pimpinan.
Teori Perilaku: Tidak melihat apa sifat-sifatnya,tanda-tandanya tapi di lihat bagaimana di mengerjakan dan apa yang akan dia kerjakan. Teori ini terbagi 2, yaitu :
1. Fungsi kepemimpinan
Task Related ( Fungsi kepemimpinan yang berhubungan dengan tugas).dalam hal ini seorang pemimpin membantu dan memberi petunjuk bagaimana menyelesaikan pekerjaan
Group Mantenance ( fungsi kepemimpinan yang berhubungan dengan pemeliharaan kelompok). Keberadaan pemipin bisa memelihara keutuhan kelompok.

2. Gaya Kepemimpinan
Task Oriented (Orientasi Tugas). Gaya ini bersifat negative.Bagi Gaya pemimpin seperti ini yang terpenting karyawan harus mengerjakan tugas sesuai yang dia iniginkan,dan selalu mengadakan pengawasan secara ketat terhadap bawahannya,pemimpin seperti ini lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pengembangan bawahan.
Employed Oriented (Orientasi Karyawan) .gaya seperti ini bersifat positive,karna si pemimpin lebih memperhatikan karyawan dan memberikan mitivasi daripada pengawasan kepada bawahannya.pemimpin lebih bersifat kekeluargaan,salingpercaya dan kerjasama,saling menghormatri antara sesame anggota kelompok.
Menurut Rensis Likert antara Orientasi tugas dan Orientasi Karyawan keduanya tidak jelas, maka dia mengembangkan 4 macam Kepemimpinan,yaitu:
1, otoritatif eksploitif:
Pimpinan membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah
para bawahan untuk melaksanakannya.
2, otoritatif benevolent:
Pimpinan tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan
untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut.
3, konsultatif:
Pimpinan menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu, didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan – keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman.
4, partisipatif:
Sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting.

Sumber :
Mata kuliah Perilaku Organisasi
http://uwiemolor.wordpress.com/2009/10/24/teori-mc-gregor-dan-teori-rensis-likert/






Minggu, 21 Juni 2009

Syukuri Nikmat


Dalam khutbah-khutbah jumat, ataupun ceramah-ceramah, para khatib tak pernah lupa mengajak para jamaah untuk bersyukur kepada Allah dengan menggunakan kalimat semisal, “Marilah kita bersyukur kepada Allah atas nikmat iman, islam, dan kesehatan yang dianugerahkannya kepada kita.“ Bisa dibilang, syukur atas nikmat iman dan islam adalah yang selalu diutamakan. Mengapa bisa demikian? Tentu saja karena kebesaran nikmat tersebut jauh melebihi kebesaran nikmat-nikmat apapun di muka bumi.
Hanya dengan berbekal keimanan, kehidupan akan terasa begitu indah. Rasulullah shallallahu `alahi wasallam bersabda, yang artinya,
“Sungguh menakjubkan sikap seorang mukmin itu, segala keadaan dianggapnya baik dan hal ini tidak akan terjadi kecuali bagi seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan ia bersyukur maka itu lebih baik baginya, dan apabila ditimpa penderitaan ia bersabar maka itu lebih baik baginya.” (H.R. Muslim).
Lebih daripada itu, buah keimanan yang paling utama adalah kebahagiaan yang kekal di akhirat, yang bila dibandingkan dengan kehidupan dunia maka kehidupan dunia hanyalah seperti waktu yang sebentar di pagi atau sore hari.
كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا
"Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari." (An-Naazi'aat:46)

Mensyukuri Nikmat Iman
Allah azza wajalla berfirman,

لَٮِٕن شَڪَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡ‌ۖ وَلَٮِٕن ڪَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِي
"...Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(Ibrahim: 7)
Jika mensyukuri nikmat secara umum diwajibkan kepada umat Islam, maka mensyukuri nikmat iman adalah kewajiban yang sangat utama. Dengan mensyukuri nikmat iman, maka keimanan dalam diri seorang muslim akan bertambah, dan dijadikan indah iman itu dalam dirinya.
Prof. DR. Quraish Shihab, dalam buku “Menyingkap Tabir Ilahi” menjelaskan bahwa makna syukur adalah menggunakan nikmat yang didapat sesuai dengan tujuan pemberiannya. Berdasarkan hal ini, maka dalam hal keimanan, menggunakan iman yang kita miliki untuk beramal shaleh merupakan wujud syukur kita atas nikmat iman yang diberikan oleh Allah subhanahu wata`ala.
Ilmu sebelum amal shaleh
Berbicara tentang amal shaleh, maka kita tidak akan lepas dari pembicaraan mengenai ilmu. Ilmu sebelum kata-kata dan perbuatan, demikian para ulama memberikan kaidah. Amal yang tidak dilandasi dengan ilmu tidak akan menjadikannya sebagai bentuk syukur atas keimanan, melainkan sebaliknya. Oleh karena itu, bentuk syukur kita yang utama atas nikmat keimanan adalah menuntut ilmu.
Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, yang artinya,
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.“ (HR. Ahmad dan Ibnu Majah, hadits shahih)
Sekarang marilah kita bertanya kepada diri kita, berapa lamakah waktu yang telah kita luangkan untuk mensyukuri nikmat iman yang diberikan Allah? Di antara kesibukan-kesibukan kita dalam bekerja, kuliah, bermain, tidur, makan, dan sebagainya, tidakkah kita bisa meluangkan sepersepuluh dari waktu-waktu kita untuk sesuatu yang dapat menyelamatkan iman kita? Semoga cukuplah hadits berikut sebagai penyemangat.
“Barangsiapa menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya pada malaikat benar-benar akan membentangkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu sebagai bentuk keridhaan terhadap yang mereka lakukan. Sesungguhnya orang berilmu akan dimohonkan ampunan oleh seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi, hingga ikan-ikan pun turut beristighfar untuknya. Keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar atasu dirham, namun hanya mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya berarti telah mengambil bagian yang banyak.“ (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, hadits shahih)
Wallahul-Musta`an
(Dan Allah-lah Yang Maha Penolong)


='http://www.pmij.org/components/com_akocomment/images/quotethis.gif' hspace='2' style='vertical-align:middle;' alt='' />Quote artikel ini 10 Views: 22614 10 Print 10 E-mail


Jumat, 19 Juni 2009

KEBERSIHAN DAN KESUCIAN (THAHARAH)



URGENSI THAHARAH

Hampir dalam setiap kitab fiqh, para fuqaha selalu menyimpan pembahasan thaharah sebagai sesuatu yang dibahas di awal BAB. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kebersihan atau kesucian dalam Islam. Selain dapat menjaga ummatnya dari berbagai penyakit, thaharah dalam Islam juga berperan sebagai syarat dari sahnya sebuah peribadahan. Seseorang tidak dapat beribadah saat ia memiliki hadats. Ia pun tidak dapat beribadah saat pakaian atau tempat yang akan dilaksanakannya peribadahan terkena najis. Karena urgensinya dalam menegakkan tiang-tiang diin ini, Rasulullah saw. bersabda tentang thaharah, “Ath-Thahuur (suci) itu sebagian daripada Iman.” Dalam al-Quran, Allah swt. menegaskan betapa pentingnya thaharah dalam Islam. Allah swt. berfirman.
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah, 2: 222)
“Dan pakaianmu bersihkanlah.” (QS. Al-Muddatstsir, 74: 4)
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams, 91: 9-10)
Allah juga berfirman tentang kewajiban berwudhu untuk membersihkan hadats kecil serta mandi untuk membersihkan hadats besar. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka bersucilah.” (QS. Al-Maa’idah, 5: 6)
Artinya, tidak akan diterima setiap ibadah yang kita lakukan jika tidak dilakukan dalam kondisi badan yang suci dan bersih. Begitulah Islam mengajarkan sebuah sikap yang sangat menjaga kebersihan dan kesucian. Rasulullah, dalam sabdanya yang lain memberikan gambaran bahwa Allah swt. hanya menyukai yang baik-baik. “Sesungguhnya Allah itu thayyib dan tidak menerima sesuatu kecuali yang thayyib.” Sebagaimana sabdanya juga “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan.”
Kebersihan dan kesucian adalah hal yang thayyib yang akan menjadi syarat diterimanya segala sesuatu. Maka dari itu, tidak ada alasan bagi setiap mu’min untuk tidak menjaga kebersihan dan kesucian diri dan lingkungannya. Jika seorang mu’min tidak peduli terhadap kondisi lingkungannya, maka tentulah imannya belum sempurna sebagaimana seorang yang sedang shalat yang kemudian melupakan salah satu dari rukun shalat. Sudah tentu shalatnya tidak diterima. Jangan sampai, keimanan kita tidak diterima oleh Allah swt. dikarenakan kita lalai dalam menjaga kebersihan dan kesucian, baik diri maupun lingkungan kita.
AIR
Air merupakan alat penyuci yang utama dalam thaharah. Syari’at telah menetapkan bahwa selama masih ada air, maka hendaklah kita tidak menggunakan alat yang lain. Karenanya, kita perlu mengetahui jenis air apa saja yang boleh digunakan sebagai penyuci.
Macam-Macam Air
H. Sulaiman Rasjid menyebutkan dalam Fiqh Islam bahwa air, dalam pandangan syari’at terdiri atas beberapa jenis, yaitu.
1. Air yang suci dan menyucikan
Air jenis ini halal untuk diminum serta dapat digunakan untuk bersuci membersihkan hadats dan najis. Air jenis ini adalah seluruh air yang turun dari langit atau keluar dari bumi yang masih tetap keadaannya, seperti air hujan, air laut, air sumur, air es yang mencari (salju yang mencari), air embun, air yang bercampur dengan sesuatu yang suci dan air yang keluar dari mata air. Firman Allah swt.
“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu air dari langit untuk menyucikan kamu dengannya dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaithan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).” (QS. Al-Anfaal, 8: 11)
Sabda Rasulullah saw. Dari Abu Hurayrah. Ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw. tentang laut. “Air laut itu suci dan menyucikan. Bangkainya halal dimakan.” (HR. Abu Dawud, Turmudzi, Nasa`i, Ibn Majah, dan Ibn Abi Syaybah, di Shahih-kan oleh Ibn Khuzaymah dan Turmudzi).
Dengan demikian, kita bisa menggunakan jenis air yang sebagaimana disebutkan sebagai penyuci ataupun air minum. Namun, khusus untuk air yang akan dikonsumsi, hendaknya dilakukan uji coba terlebih dahulu untuk mengukur kadar thayyiban-nya. Yaitu ujicoba persentase kandungan mikroba serta mineral dan logam di dalamnya.
2. Air suci, tapi tidak menyucikan
Air dapat berubah hukumnya menjadi tidak menyucikan. Perubahan itu meliputi perubahan sifatnya yang meliputi warna, rasa, dan bau. Jika salah satunya berubah, maka dapat dipastikan bahwa air tersebut tidak dapat digunakan untuk bersuci, walaupun bisa saja kandungan secara dzati masih suci dan halal dikonsumsi. Termasuk jenis air seperti ini adalah.
a) Air yang telah berubah salah satu sifatnya dengan sebab bercampur dengan suatu benda suci seperti air kopi, teh, dan sejenisnya.
b) Air pohon-pohonan atau air buah-buahan, seperti air yang keluar dari tekukan pohon kayu, air kelapa, dan sejenisnya.
c) Air yang kurang dari dua qullah. Walaupun demikian, jika kemutlakannya masih terpelihara, yaitu terjaga warna, rasa, dan baunya, maka menurut Ust. Sayyid Sabiq masih tetap menyucikan. Begitu pun untuk jenis air yang ketiga. ‘Ulama yang mengategorikan air dua qullah sebagai air suci yang tidak menyucikan berpegang pada riwayat ‘Abdullah ibn ‘Umar. Beliau berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Apabila air itu dua qullah, maka ia tidak akan mengandung kotoran”. Dalam riwayat yang lain disebutkan “tidak akan menjadi najis”. (HR. Abu Dawud, Turmudzi, Nasa`i, Ibn Majah, dan Ibn Abi Syaybah, di shahih-kan oleh Ibn Khuzaymah dan Turmudzi).
Mereka menafsirkan bahwa air yang kurang dari dua qullah tidak memenuhi syarat yang disebut dalam hadits tersebut, sehingga tidak bisa digunakan untuk bersuci. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan air dua qullah..? Menurut madzhab Syafi’i, yang dimaksudkan air dua qullah adalah air yang memenuhi satu tempat yang lebar, panjang, dan dalamnya masing-masing satu seperempat hasta (+/- 60 cm).
Sedangkan fuqaha yang lain berpegang pada pendapat bahwa selama air tersebut belum berubah warna, rasa, atau baunya, maka ia masih boleh digunakan sebagai penyuci. Hal ini dikarenakan bahwa tidak ada satu hadits pun yang menetapkan ukuran dua qullah dengan satu seperempat hasta atau lainnya. Pendapat ini dipegang oleh Imam Ibn Hajjar al-Atsqalani serta beberapa ‘ulama lainnya. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Majah dan Bayhaqi dari Abi Umamah al-Bahili. Ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Air itu tidak bisa dinajiskan oleh apapun, kecuali oleh sesuatu yang mengubah bau, rasa, dan warnanya” Bahkan, menurut Ibn Hajjar al-Atsqalani dalam Bulughul Maram, hadits dua qullah di atas ternyata dilemahkan oleh banyak Imam.
Namun, jikapun kita berpegang pada hadits ini, maka yang paling kuat adalah menetapkan makna dua qullah sebagai jumlah air tidak mengalir yang masih belum berubah warna, rasa, dan baunya. Apabila air tersebut telah berubah warna, rasa, dan baunya, maka hendaklah kita tidak menggunakannya sebagai penyuci walaupun jumlahnya lebih dari ukuran satu seperempat hasta. Sebaliknya, jika air tersebut masih belum berubah, baik warna, rasa, serta baunya, dapat kita gunakan sebagai penyuci walaupun jumlahnya tidak memenuhi satu seperempat hasta. Karena, sebagai penegas, bahwa tidak ada satu hadits pun yang menetapkan ukuran dua qullah.
Lalu bagaimana pendapat sebagian ‘ulama tentang tidak bolehnya kita menggunakan air telah terpakai atau digunakan untuk bersuci. Mereka berpendapat bahwa air tersebut adalah air musta’mal yang tidak dapat digunakan lagi untuk bersuci. Jawaban untuk pertanyaan ini adalah sebagaimana penjelasan air dua qullah di atas. Selama masih belum berubah warna, rasa, dan baunya, maka dapat digunakan untuk bersuci. Artinya, air musta’mal tetap suci lagi menyucikan.
Hal ini juga ditegaskan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Ibn ‘Abbas, bahwa Rasulullah saw. pernah mandi dengan (air) sisa (mandi) Maymunah. Dalam riwayat yang lain juga disebutkan bahwa Rasulullah saw. biasa berwudhu dalam sebuah bejana dengan mencelupkan tangannya ke dalam bejana, sedangkan bejana tersebut juga dipakai wudhu oleh keluarganya dengan cara yang sama dengan yang beliau saw. lakukan. Wallahu a’lam.
3. Air yang bernajis
Air bernajis yaitu air yang telah berubah, baik warna, rasa, dan baunya disebabkan oleh adanya najis yang mengenainya. Hukum air ini tidak bisa digunakan, baik sebagai penyuci ataupun untuk dikonsumsi. Baik jumlahnya sedikit ataupun banyak, berdasarkan kesepakatan kita pada pembahasan dua qullah di atas. Namun, jika perubahannya bukan karena sesuatu yang najis, maka hukum air tersebut adalah tetap suci tapi tidak menyucikan.
Perubahan warna, rasa, dan bau yang disebabkan oleh benda najis tidak akan membuat air itu menjadi najis, apabila air tersebut adalah air mengalir. Hal ini berdasar atas hadits, “Air laut itu suci lagi menyucikan”. Wallahu a’lam.
4. Air Sisa Minum (asy-syu’ar)
Air sisa minuman yaitu air yang masih terdapat dalam wadah/ bejana setelah diminum. Hukum dari sisa air tersebut akan sangat bergantung kepada siapa yang meminumnya. Air sisa minum manusia, baik mu’min maupun kafir, dalam keadaan junub, haid, atau nifas, maka hukumnya tetap suci dan menyucikan selama kemutlakannya terjaga. Begitu pun dengan sisa binatang yang halal dagingnya. Abu Bakr Ibn Mundzir mengatakan, “Para ‘ulama berijma’ bahwa sisa minuman binatang yang halal dagingnya boleh diminum dan dipakai untuk berwudhu.”
Sisa minuman bagal, keledai, dan binatang buas juga suci dan menyucikan, berdasarkan hadits dari Jabir ra. bahwa Nabi saw. pernah ditanya tentang bolehkah berwudhu dengan sisa minuman keledai, beliau saw. menjawab, “Boleh..!”. Demikian pula dengan sisa minuman semua binatang buas. (HR. Syafi’i, Daruquthni, dan Bayhaqi). Hal yang sama berlaku bagi minuman sisa kucing. Rasulullah saw. pernah bersabda, “Kucing itu tidak najis. Ia termasuk binatang yang berkeliling dalam lingkunganmu.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi, dan Nasa’i).
Adapun sisa minuman Anjing, maka hal tersebut adalah najis yang harus dijauhi. Dari Abu Hurayrah ra., Rasulullah saw. bersabda, “Bila anjing minum pada bejana salah seorang di antara kamu, hendaklah tempat bekas minumnya dicuci sebanyak tujuh kali.” (HR. Bukhari – Muslim).
Dalam riwayat Ahmad ditambah, “dan cucian yang pertama mestilah dengan tanah.” Begitu pun dengan Babi, air sisa minumnya adalah najis karena kotor, menjijikan, dan berdasarkan nash-nash al-Quran yang sudah jelas.
DEBU
Dari Jabir ra., bahwasanya Nabi saw. bersabda, “Aku diberi lima perkara yang tidak diberikan kepada orang sebelumku: Aku diberi kemenangan dari perjalanan sebulan, dan dijadikan bumi itu sebagai tempat shalat dan penyuci; …” (Muttafaq ‘Alayh). Diriwayatkan oleh Muslim dari Hudzayfah, “…dan dijadikan tanah itu penyuci bagi kita apabila kita tidak mendapatkan air”. Diriwayatkan oleh Ahmad dari ‘Ali ibn Abi Thalib, “…dan dijadikan tanah bagiku sebagai penyuci”. Tanah atau debu merupakan alat penyuci selain air. Saat air tidak ditemukan, maka debu bisa digunakan. Proses penyucian hadats dengan menggunakan debu disebut tayammum.
Tayammum berlaku untuk membersihkan hadats kecil atau besar dan hanya digunakan untuk melaksanakan ibadah saja. Artinya, setelah ibadah tersebut selesai dilaksanakan, maka secara hakiki hadatsnya belum dibersihkan sepenuhnya hingga ditemukannya air. Jika air belum ditemukan hingga akan melaksanakan ibadah lagi, maka tayammum kembali dilakukan untuk memenuhi syarat pelaksanaan ibadah tersebut.
Walaupun demikian, sebagian ‘ulama berpendapat bahwa penyucian hadats dengan debu sama derajatnya dengan penyucian hadats yang menggunakan air. Artinya, hadats tersebut secara hakiki benar-benar telah bersih sehingga dapat beribadah tanpa harus mengulang tayammum untuk setiap ibadah. Golongan ini berbeda pendapat saat telah menemukan air. Pendapat pertama mengemukakan bahwa seseorang yang telah bertayammum harus mengulang penyuciannya dengan air saat telah menemukan air, sedangkan pendapat kedua tidak apa untuk tidak mengulangnya, karena dirinya telah suci, kecuali jika dirinya kembali berhadats, maka harus menggunakan air. Wallahu a’lam.
Dalam sebuah riwayat disebutkan pula bahwa debu pun bisa membersihkan najis. Bahkan untuk menghilangkan najis yang berat, sesuatu harus dicuci tujuh kali dengan satu kali penyucian menggunakan debu. Rasulullah saw. bersabda, “Bersihnya bejana seorang di antara kalian yang airnya telah dijilat anjing adalah setelah ia dicuci tujuh kali, yang pertamanya dicampur dengan tanah.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat yang lain, dari Ibn ‘Umar, beliau berkata : “Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa menjulurkan pakaiannya (di tanah), Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat”. Ummu Salamah bertanya : “Apa yang harus dilakukan para wanita dengan ujung-ujung baju mereka?”, Rasulullah menjawab: “Mereka menurunkannya (di bawah mata kaki) hingga sejengkal”. “Kalau begitu akan tersingkap kaki-kaki mereka”, jelas Ummu Salamah. Rasulullah saw. berkata (lagi): “Mereka turunkan hingga sehasta dan jangan melebihi kadar tersebut”. Ummu Salamah berkata lagi: “Bagaimana jika terkena najis?” Rasulullah saw. menjawab: “Sapuan yang kedua adalah penyucinya.” Maksudnya adalah pada saat kain yang menjulur itu mengenai najis yang ada di tanah, maka sesungguhnya najis itu telah dibersihkan oleh debu-debu yang juga menyapu kain tersebut.
Kita lihat bagaimana Rasulullah saw. memberikan rukhshah bagi para wanita untuk mengenakan pakaian hingga satu hasta di bawah mata kaki, karena memang demikianlah yang diperintahkan oleh Allah swt., yaitu menutup aurat dengan sempurna. Sedangkan lebih dari satu hasta merupakan perbuatan yang berlebih-lebihan dan tidak ada faedahnya sama sekali.
Sama halnya dengan pria, tidak ada faedahnya untuk menjulurkan pakaiannya hingga menyentuh tanah. Walaupun sapuan kedua merupakan penyucinya, namun hal ini tidak berlaku bagi pria. Sabda Rasulullah saw., “Dan janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun. Engkau berbicara dengan saudaramu sambil bermuka manis juga merupakan kebaikan. Angkatlah sarungmu hingga tengah betis. Jika engkau enggan maka hingga kedua mata kaki. Waspadalah engkau dari isbal karena sesungguhnya hal itu (isbal) termasuk kesombongan. Dan Allah tidak menyukai kesombongan”. (HR. Ahmad (V/64) no 20655, Abu Dawud (IV/56) no 4084, dan dari jalannya al-Bayhaqi dalam as-Sunan al-Kubra (X/236) no 20882, dan di-shahih-kan oleh Syaikh al-Albani)





Kamis, 18 Juni 2009

Ibnu Khaldun, Ilmuwan Besar dari Tunisia





Dunia mendaulatnya sebagai `Bapak Sosiologi Islam'. Sebagai salah seorang pemikir hebat dan serba bisa sepanjang masa, buah pikirnya amat berpengaruh. Sederet pemikir Barat terkemuka, seperti Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Robert Flint, Arnold J Toynbee, Ernest Gellner, Franz Rosenthal, dan Arthur Laffer mengagumi pemikirannya.

Tak heran, pemikir Arab, NJ Dawood menjulukinya sebagai negarawan, ahli hukum, sejarawan dan sekaligus sarjana. Dialah Ibnu Khaldun, penulis buku yang melegenda, Al-Muqaddimah. Ilmuwan besar yang terlahir di Tunisia pada 27 Mei 1332 atau 1 Ramadhan 732 H itu memiliki nama lengkap Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad Ibn Khaldun Al-Hadrami Al-Ishbili. Nenek moyangnya berasal dari Hadramaut (Yaman) yang bermigrasi ke Seville (Spanyol) pada abad ke-8 M, setelah semenanjung itu ditaklukan Islam.


Setelah Spanyol direbut penguasa Kristen, keluarga besar Ibnu Khaldun hijrah ke Maroko dan kemudian menetap di Tunisia. Di kota itu, keluarga Ibnu Khaldun dihormati pihak istana dan tinggal di lahan milik dinasti Hafsiah. Sejak terlahir ke dunia, Ibnu Khaldun sudah hidup dalam komunitas kelas atas.

Ibnu Khaldun hidup pada masa peradaban Islam berada diambang degradasi dan disintegrasi. Kala itu, Khalifah Abbasiyah di ambang keruntuhan setelah penjarahan, pembakaran, dan penghancuran Baghdad dan wilayah disekitarnya oleh bangsa Mongol pada tahun 1258, sekitar tujuh puluh lima tahun sebelum kelahiran Ibnu Khaldun.

Guru pertama Ibnu Khaldun adalah ayahnya sendiri. Sejak kecil, ia sudah menghafal Alquran dan menguasai tajwid. Selain itu, dia juga menimba ilmu agama, fisika, hingga matematika dari sejumlah ulama Andalusia yang hijrah ke Tunisia. Ia selalu mendapatkan nilai yang memuaskan dalam semua bidang studi.

Studinya kemudian terhenti pada 749 H. Saat menginjak usia 17 tahun, tanah kelahirannya diserang wabah penyakit pes yang menelan ribuan korban jiwa. Akibat peristiwa yang dikenal sebagai Black Death itu, para ulama dan penguasa hijrah ke Maghrib Jauh (Maroko).

Ahmad Syafii Maarif dalam bukunya Ibn Khaldun dalam pandangan Penulis Barat dan Timur memaparkan, di usia yang masih muda, Ibnu Khaldun sudah menguasi berbagai ilmu Islam klasik seperti filsafat, tasawuf, dan metafisika. Selain menguasai ilmu politik, sejarah, ekonomi serta geografi, di bidang hukum, ia juga menganut madzhab Maliki.

Sejak muda, Ibnu Khaldun sudah terbiasa berhadapan dengan berbagai intrik politik. Pada masa itu, Afrika Utara dan Andalusia sedang diguncang peperangan. Dinasti-dinasti kecil saling bersaing memperebutkan kekuasaan, di saat umat Islam terusir dari Spanyol. Tak heran, bila dia sudah terbiasa mengamati fenomena persaingan keras, saling menjatuhkan, saling menghancurkan.

Di usianya yang ke-21, Ibnu Khaldun sudah diangkat menjadi sekretaris Sultan Al-Fadl dari Dinasti Hafs yang berkedudukan di Tunisia. Dua tahun kemudian, dia berhenti karena penguasa yang didukungnya itu kalah dalam sebuah pertempuran. Ia lalu hijrah ke Baskarah, sebuah kota di Maghrib Tengah (Aljazair).

Ia berupaya untuk bertemu dengan Sultan Abu Anam, penguasa Bani Marin dari Fez, Maroko, yang tengah berada di Maghrib Tengah. Lobinya berhasil. Ibnu Khaldun diangkat menjadi anggota majelis ilmu pengetahuan dan sekretaris sultan setahun kemudian. Ia menduduki jabatan itu selama dua kali dan sempat pula dipenjara. Ibnu Khaldun kemudian meninggalkan negeri itu setelah Wazir Umar bin Abdillah murka.

Ia kemudian terdampar di Granada pada 764 H. Sultan Bani Ahmar menyambut kedatangannya dan mempercayainya sebagai duta negar di Castilla, sebuah kerajaan Kristen yang berpusat di Seville. Tugasnya dijalankan dengan baik dan sukses. Namun tak lama kemudian, hubungannya dengan Sultan kemudian retak.

Dua tahun berselang, jabatan strategis kembali didudukinya. Penguasa Bani Hafs, Abu Abdillah Muhammad mengangkatnya menjadi perdana menteri sekaligus, khatib dan guru di Bijayah. Setahun kemudian, Bijayah jatuh ke tangan Sultan Abul Abbas Ahmad, gubernur Qasanthinah (sebuah kota di Aljazair). Ibnu Khaldun lalu hijrah ke Baskarah.

Ia kemudian berkirim surat kepada Abu Hammu, sultan Tilmisan dari Bani Abdil Wad yang isinya akan memberi dukungan. Tawaran itu disambut hangat Sultan dan kemudian memberinya jabatan penting. Iming-iming jabatan itu ditolak Ibnu Khaldun, karena akan melanjutkan studinya secara otodidak. Ia bersedia berkampanye untuk mendukung Abu Hammu. Sikap politiknya berubah, tatkala Abu Hammu diusir Sultan Abdul Aziz.


Ibnu Khaldun kemudian berpihak kepada Abdul Aziz dan tinggal di Baskarah. Tak lama kemudian, Tilmisan kembali direbut Abu Hammu. Ia lalu menyelamatkan diri ke Fez, Maroko pada 774. Saat Fez jatuh ke tangan Sultan Abul Abbas Ahmad, ia kembali pergi ke Granada buat yang kedua kalinya. Namun, penguasa Granada tak menerima kehadirannya.

Ia balik lagi ke Tilmisan. Meski telah dikhianati, namun Abu Hammu menerima kehadiran Ibnu Khaldun. Sejak saat itulah, Ibnu Khaldun memutuskan untuk tak berpolitik praktis lagi. Ibnu Khaldun lalu menyepi di Qa'lat Ibnu Salamah dan menetap di tempat itu sampai tahun 780 H. Dalam masa menyepinya itulah, Ibnu Khaldun mengarang sejumlah kitab yang monumental.

Di awali dengan menulis kitab Al-Muqaddimah yang mengupas masalah-masalah sosial manusia, Ibnu Khaldun juga menulis kitab Al-`Ibar (Sejarah Umum). Pada 780 H, Ibnu Khaldun sempat kembali ke Tunisia. Di tanah kelahirannya itu, ia sempat merevisi kitab Al'Ibar.

Empat tahun kemudian, ia hijrah ke Iskandaria (Mesir) untuk menghindari kekisruhan politik di Maghrib. Di Kairo, Ibnu Khaldun disambut para ulama dan penduduk. Ia lalu membentuk halaqah di Al-Azhar. Ia didaulat raja menjadi dosen ilmu Fikih Mazhab Maliki di Madrasah Qamhiyah. Tak lama kemudian, dia diangkat menjadi ketua pengadilan kerajaan.

Ibnu Khaldun sempat mengundurkan diri dari pengadilan kerajaan, lantaran keluarganya mengalami kecelakaan. Raja lalu mengangkatnya lagi menjadi dosen di sejumlah madrasah. Setelah menunaikan ibadah haji, ia kembali menjadi ketua pengadilan dan kembali mengundurkan diri. Pada 803 H, dia bersama pasukan Sultan Faraj Barquq pergi ke Damaskus untuk mengusir Timur Lenk, penguasa Mogul.

Berkat diplomasinya yang luar biasa, Ibnu Khaldun malah bisa bertemu Timur Lenk yang dikenal sebagai penakluk yang disegani. Dia banyak berdiskusi dengan Timur. Ibnu Khaldun, akhirnya kembali ke Kairo dan kembali ditunjuk menjadi ketua pengadilan kerajaan. Ia tutup usia pada 25 Ramadhan 808 H di Kairo. Meski dia telah berpulang enam abad yang lalu, pemikiran dan karya-karyanya masih tetap dikaji dan digunakan hingga saat ini.

Al-Muqaddimah Karya yang Abadi

Setelah mundur dari percaturan politik praktis, Ibnu Khaldun bersama keluarganya menyepi di Qal'at Ibn Salamah istana yang terletak di negeri Banu Tajin selama empat tahun. Selama masa kontemplasi itu, Ibnu Khaldun berhasil merampungkan sebuah karya monumental yang hingga kini masih tetap dibahas dan diperbincangkan.

`'Dalam pengunduran diri inilah saya merampungkan Al-Muqaddimah, sebuah karya yang seluruhnya orisinal dalam perencanaannya dan saya ramu dari hasil penelitian luas yang terbaik,'' ungkap Ibnu Khaldun dalam biografinya yang berjudul Al-Ta'rif bi Ibn-Khaldun wa Rihlatuhu Gharban wa Sharqan. Buah pikir Ibnu Khaldun itu begitu memukau. Tak heran, jika ahli sejarah Inggris, Arnold J Toynbee menganggap Al-Muqaddimah sebagi karya terbesar dalam jenisnya sepanjang sejarah.

Menurut Ahmad Syafii Ma'arif, salah satu tesis Ibnu Khaldun dalam Al-Muqaddimah yang sering dikutip adalah: `'Manusia bukanlah produk nenek moyangnya, tapi adalah produk kebiasaan-kebiasaan sosial.'' Secara garis besar, Tarif Khalidi dalam bukunya Classical Arab Islam membagi Al-Muqaddimah menjadi tiga bagian utama .Pertama, membicarakan histografi mengupas kesalahan-kesalahan para sejarawan Arab-Muslim.

Kedua, Al-Muqaddimah mengupas soal ilmu kultur. Bagi Ibnu Khaldun, ilmu tersebut merupakan dasar bagi pemahaman sejarah. Ketiga, mengupas lembaga-lembaga dan ilmu-ilmu keislaman yang telah berkembang sampai dengan abad ke-14. Meski hanya sebagai pengantar dari buku utamanya yang berjudul Al-`Ibar, kenyataannya Al-Muqaddimah lebih termasyhur. Pasalnya, seluruh bangunan teorinya tentang ilmu sosial, kebudayaan, dan sejarah termuat dalam kitab itu. Dalam buku itu Ibnu Khaldun diantara menyatakan bahwa kajian sejarah haruslah melalui pengujian-pengujian yang kritis.

`'Di tangan Ibnu Khaldun, sejarah menjadi sesuatu yang rasional, faktual dan bebas dari dongeng-dongeng,'' papar Syafii Ma'arif. Bermodalkan pengalamannya yang malang-melintang di dunia politik pada masanya, Ibnu Khaldun mampu menulis Almuqaddimah dengan jernih. Dalam kitabnya itu, Ibnu Khaldun juga membahas peradaban manusia, hukum-hukum kemasyarakatan dan perubahan sosial.

Menurut Charles Issawi dalam An Arab Philosophy of History, lewat Al-Muqaddimah, Ibnu Khaldun adalah sarjana pertama yang menyatakan dengan jelas, sekaligus menerapkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar sosiologi. Salah satu prinsip yang dikemukakan Ibnu Khaldun mengenai ilmu kemasyarakatan antara lain; `'Masyarakat tidak statis, bentuk-bentuk soisal berubah dan berkembang.''

Pemikiran Ibnu Khaldun telah memberi pengaruh yang besar terhadap para ilmuwan Barat. Jauh, sebelum Aguste Comte pemikir yang banyak menyumbang kepada tradisi keintelektualan positivisme Barat metode penelitian ilmu pernah dikemukakan pemikir Islam seperti Ibnu Khaldun (1332-1406).

Dalam metodeloginya, Ibnu Khaldun mengutamakan data empirik, verifikasi teoritis, pengujian hipotesis, dan metode pemerhatian. Semuanya merupakan dasar pokok penelitian keilmuan Barat dan dunia, saat ini. `'Ibnu Khaldun adalah sarjana pertama yang berusaha merumuskan hukum-hukum sosial,'' papar Ilmuwan asal Jerman, Heinrich Simon.








Republika




Jihad Seorang Ibu


Rasulullah SAW bersabda, ''Setiap jerih payah istri di rumah sama nilainya dengan jerih payah suami di medan jihad.'' (HR Bukhari dan Muslim). Pada dasarnya, Islam telah memberikan keistimewaan kepada para istri untuk tetap berada di rumahnya. Untuk mendapatkan surga-Nya kelak, para istri cukup berjuang di rumah tangganya dengan ikhlas. Tetesan keringat mereka di dapur dinilai sama dengan darah mujahid di medan perang.

Menjadi ibu rumah tangga kedengarannya memang sepele dan remeh, hanya berkecimpung dengan urusan rumah dari A-Z, namun siapa sangka banyak sekali kebaikan dan hikmah yang dapat diperoleh. Ibulah yang mengambil porsi terbesar dalam pembentukan pribadi sebuah generasi.

Pertumbuhan suatu generasi bangsa pertama kali berada di buaian para ibu. Di tangan ibu pula pendidikan anak ditanamkan dari usia dini, dan berkat keuletan dan ketulusan ibu jualah bermunculan generasi-generasi berkualitas dan bermanfaat bagi bangsa dan agama.

Dalam Islam, ini adalah tugas besar, namun sangat mulia dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ''Seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinannya.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Sayangnya, kebanyakan wanita modern saat ini tidak menyukai aktivitas rumah tangga. Mereka lebih bangga bekerja di luar rumah karena beranggapan tinggal di rumah identik dengan ketidakmandirian dan ketidakberdayaan ekonomi. Maka, jadilah peran ibu di rumah dianggap rendah, dan tidak sedikit ibu rumah tangga yang malu-malu ketika ditanya apa pekerjaannya.

Meskipun seorang wanita tidak bekerja setelah lulus sarjana, ilmunya tidak akan sia-sia, sebab ia akan menjadi ibu sekaligus pendidik bagi anak-anaknya. Kebiasaan berpikir ilmiah yang ia dapatkan dari proses belajar di bangku kuliah itulah yang akan membedakannya dalam mendidik anak. Seorang ibu memang harus cerdas dan berkualitas, sebab kewajiban mengurus anak tidak sebatas memberi makan.

Ia harus mampu merawat dan mendidik anak-anaknya dengan benar, penuh kasih sayang, kesabaran, menempanya dengan nilai dan norma agama agar sang anak mampu menghindar dari pengaruh lingkungan dan kemajuan teknologi yang merusak akal dan akhlaknya. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh seorang ibu yang cerdas.




Senin, 15 Juni 2009

Thomas Alva Edison



Bola Lampu

Thomas Alva Edison adalah penemu dari Amerika dan merupakan satu dari penemu terbesar sepanjang sejarah. Edison mulai bekerja pada usia yang sangat muda dan terus bekerja hingga akhir hayatnya.

Selama karirnya, Thomas Alva Edison telah mempatentkan sekitar dari 1.093 hasil penemuannya, termasuk bola lampu listrik dan gramophone, juga kamera film. Ketiga penemuannya membangkitkan industri-industri besar bagi industri listrik, rekaman dan film yang akhirnya mempengaruhi kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Dia juga dikenal sebagai penemu yang menerapkan prinsip 'produksi massal' bagi penemuan-penemuan.

Edison sendiri memperoleh keahliannya dalam bidang kelistrikan dan telegraphy (telegraph untuk komunikasi) pada usia belasan tahun. Pada tahun 1868, di usia 21 tahun, dia telah mengembangkan dan mempatentkan penemuannya yang berupa sebuah mesin yang merekam telegraph.

Dimasa kecilnya, Edison hanya bersekolah di sekolah yang resmi selama tiga bulan, selanjutnya semua pendidikannya diperoleh dari ibunya yang mengajar Edison di rumah. Ibu Edison mengajarkan Edison cara membaca, menulis, dan matematika. Dia juga sering memberi dan membacakan buku-buku bagi Edison, antara lain buku-buku yang berasal dari penulis seperti Edward Gibbon, William ShakespeareCharles Dickens. dan

Edison di usia 12 tahun, memperoleh penghasilan dengan cara bekerja menjual koran dan surat kabar, buah apel, serta gula-gula di sebuah jalur kereta api. Di usia itu pula, Edison hampir mengalami kehilangan seluruh pendengaran karena penyakit yang dideritanya, penyakit itu membuatnya menjadi setengah tuli. Edison
Pada usia 15 tahun, Edison, sambil tetap berjualan, membeli sebuah mesin cetak kecil bekas yang selanjutnya dipasang pada sebuah bagasi mobil. Kemudian dia mencetak korannya sendiri, WEEKLY HERALD, yang di cetak, diedit dan dijualnya di tempat dia berjualan. pernah menulis dalam diarinya: "Saya tidak pernah mendengar burung bernyanyi sejak saya berusia 12 tahun."

Pada musim panas 1862, Edison menyelamatkan seorang anak berusia tiga tahun yang hampir di tabrak oleh mobil. Ayah dari anak yang diselamatkan adalah kepala stasiun kereta api di tempatnya berjualan. Dan sebagai rasa terima kasih, kepala stasiun tersebut mengajari Edison cara menggunakan telegraph. Setelah 5 bulan mempelajari telegraph, Edison bekerja sebagai ahli telegraph selama 4 tahun. Hampir semua gaji yang didapatnya dihabiskan dengan membangun berbagai macam laboratorium dan peralatan listrik.

Edison sangat senang mempelajari sesuatu dan membaca buku-buku yang ada. Dari semua yang dipelajarinya, Edison menerapkan pelajaran tersebut dengan cara bereksperimen di laboratorium kecilnya. Edison tinggal di laboratoriumnya, hanya tidur 4 jam sehari, dan makan dari makanan yang dibawa oleh asistennya ke laboratoriumnya. Edison melakukan percobaan dan eksperimen terus menerus hingga penemuan-penemuannya menjadi sempurna. Mungkin kata yang cocok untuk menggambarkan kepandaian Edison adalah: "Genius adalah 99% kerja keras"

sumber ceritakecil.com



Selasa, 09 Juni 2009

Kiat Memulai Usaha


Bisnis adalah serangkaian usaha yang dilakukan 1 orang atau lebih individu atau kelompok dengan menawarkan barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan/laba.atau
Bisnis merupakan sebuah usaha, dimana setiap pengusaha harus siap untung & siap rugi. bisnis tidak hanya tergantung dengan modal uang. reputasi, keahlian, ilmu, sahabat & kerabat dapat menjadi modal bisnis. Resiko Syarat mutlak daripada bisnis.
Disunting dari berbagai sumber
Kiat Memulai Bisnis

START WITH A DREAM
Mulailah dengan sebuah mimpi. Semua bermula dari sebuah mimpi dan yakinkan akan produk yang akan kita tawarkan.

LOVE THE PRODUCTS OR SERVICES
Cintailah Produk Anda. Kecintaan akan produk kita akan memberikan sebuah keyakinan pada pelanggan kita dan membuat kerja keras terasa ringan. Membuat kita mampu melewati masa-masa sulit.

LEARN THE BASICS OF BUSINESS
Tidak akan ada sukses tanpa ada sebuah pengetahuan dasar untuk business yang baik, belajar sambil bekerja, turut kerja dahulu selama 1-2 tahun untuk dapat mempelajari dasar-dasar usaha akan membantu kita untuk maju dengan lebih baik.
Carilah Guru yang baik.

WILLING TO TAKE CALCULATED RISKS
Ambillah resiko. The Gaint that u will be able to achieve is directly proportional to the risk taken : Berani mengambil resiko yang diperhitungkan merupakan kunci awal dalam dunia usaha, karena hasil yang akan dicapai akan proporsional terhadap resiko yang akan diambil. Sebuah resiko yang diperhitungkan dengan baik-baik akan lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil. Dan inilah faktor penentu yang membedakan “entrepreneur” dengan “manager”. Entrepreneur akan lebih dibutuhkan pada tahap awal pengembangan perusahaan, dan manager dibutuhkan akan mengatur perusahaan yang telah maju.

SEEK ADVICE, BUT FOLLOW YOUR BELIEF
Carilah nasehat dari pakarnya, tapi ikuti kata-kata kita. Consult Consultants, ask the experts, but follow your hearts. Entrepreneur selalu mencari nasehat dari berbagai pihak tapi keputusan akhir selalu ada ditangannya dan dapat diputuskan dengan indera ke enam-nya. Komunikasi yang baik dan kepiawaian menjual. Pada fase awal sebuah usaha, kepiawaian menjual merupakan kunci suksesnya. Dan kemampuan untuk memahami dan menguasai hubungan dengan pelanggan akan membantu mengembangkan usaha pada fase itu.

WORK HARD, 7 DAY A WEEK, 18 HOURS A DAY
Kerja keras. Etos kerja keras sering dianggap sebagai mimpi kuno dan seharusnya diganti, tapi hard-work and smart-work tidaklah dapat dipisahkan lagi sekarang. Hampir semua successful start-up butuh workaholics. Entrepreneur sejati tidak pernah lepas dari kerjanya, pada saat tidurpun otaknya bekerja dan berpikir akan bussinessnya. Melamunkan dan memimpikan kerjanya.

MAKE FRIENDS AS MUCH AS POSSIBLE
Bertemanlah sebanyak banyaknya. Pada harga dan kwalitas yang sama orang membeli dari temannya, pada harga yang sedikit mahal, orang akan tetap membeli dari teman. Teman akan membantu mengembangkan usaha kita, memberi nasehat, membantu menolong pada masa sulit.

Memulai bisnis
DEAL WITH FAILURES
Hadapi kegagalan. Kegagalan merupakan sebuah vitamin untuk menguatkan dan mempertajam intuisi dan kemampuan kita berwirausaha, selama kegagalan itu tidak “mematikan”. Setiap usaha selalu akan mempunyai resiko kegagalan dan bila mana itu sampai terjadi, bersiaplah dan hadapilah !

JUST DO IT, NOW!
Lakukanlah sekarang juga. Bila anda telah siap, lakukanlah sekarang juga. Manager selalu melakukan READY-AIM-SHOOT, tetapi entrepreneur sejati akan melakukan READY-SHOOT-AIM ! Putuskan dan kerjakan sekarang, karena besok bukanlah milik kita.


Sabtu, 24 Januari 2009

Gerbang Intelektual Mahasiswa


Intelektual adalah gerak bebas seorang terbang seperti burung. Arah terbang mereka hanyalah pada fakta dan prinsip-prinsip kebenaran. Intelektual sejati akan bertindak secara rasional, lebih mementingkan akal daripada perasaan, obyektif, punya integrated pesonality hingga sanggup menyatakan benar dan salah tanpa pandang bulu. Mahasiswa sebagai ujung tombak generasi muda, sekaligus calon intelektual bangsa, mempunyai peranan signifikan dalam pergulatan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Realita hari ini, dipundak mahasiswa bergelayut tugas untuk berpartisipasi, dalam merenovasi bangsa dan negara dari badai krisis ekonomi, sosial, politik, kredibilitas, telah meruntuhkan
sendi-sendi utama penyokong keberlangsungan kehidupan masyarakat Indonesia. Lantaran itu, tak ada waktu bagi mahasiswa untuk berleha-leha dalam menjalani berbagai aktivitas, bahkan mahasiswa dituntut untuk selalu bergelut dengan kreatifitas dan membangun daya intelektual.
Dalam konteks Indonesia kekinian, persoalan tengah menyerang mahasiswa hari ini adalah kian menipis sense of intellectual: sebuah instrumen primer, tanpa hal itu menjadikan tumpul pisau pendobrak suatu perubahan. Karena itu, penguatan sense of intellectual menjadi sebuah keniscayaan dalam kiprah mahasiswa untuk merealisasikan peran sebagai agen of change.
Sense of intellectual ini, perlu ditransformasikan kepada intellectual tradition (tradisi intelektual). Tak bisa dinapikkan, bahwa aktivitas menulis merupakan salah satu gerbang menuju tradisi intelektual bagi mahasiswa. Sejak dulu, dalam menulis otak diberdayakan buat berpikir dan tangan dilatih untuk senantiasa mencatat buah pikiran. Kerja sama kedua organ tubuh tersebut semakin menajamkan memori, dan bisa menjadi bekal dan pembendaharaan wawasan. Dengan demikian, suatu kewajaran mensosialiasasikan tradisi menulis sebagai salah satu gerbang menuju intelektual bagi mahasiswa...(Al Biruni www.penulislepas.com)


 

Ayi Muhyidin Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha